Tuesday, October 12, 2010

my diary... 私の友人への手紙 (a letter for my friend)

11 Okt. 10
18.07
Pogung baru blok F 22


Sudah setahun lebih aku hidup di Jogja ini. Jogja berhati nyaman. Itulah slogan jogja yang akan selalu diingat oleh siapa saja yang pernah menapakkan kakinya di negri ini. Tapi, mungkin itu belum bagiku. 3 tempat telah kujadikan sebagai pelindung hari-hariku, awalnya aku disini dan pada akhirnya aku kembali ke sini. Mungkin aku menjadi salah satu senior dalam hal tempat hidup, pernah tinggal di dekat kampus dan jauh dari kampus. Bagiku, jarak tak menjadi masalah. Kenyamanan di sanalah yang terpenting bagiku.
Lalu, bagaimana cerita aku bisa kembali ke tempat ini? Panjang. Dan penuh dengan tangisan. Tak usah ku ceritakan semuanya. Hanya akan membuat luka yang dulu menganga lagi. Yang pasti, sekarang aku banyak belajar dari itu semua. Aku jadi lebih mengenal diriku lagi. Biarlah semua berjalan dengan caranya sendiri. Tak usah hiraukan pendapat orang lain, karena tak akan ada habisnya.
Aku yang kini, mulai menata kembali kehidupan yang sempat terpuruk oleh sebuah ikatan pertemanan. Dan aku masih belum paham pertemanan disini. Atau apakah aku memang hanya tau pertemanan dari sisi duniaku selama ini. Entahlah, waktu kan mengajarkanku semua itu. Hanya saja, hati takkan pernah bisa berteman dengan waktu. Tak peduli seberapa banyak dan seberapa lama tersakiti, tetap saja rasanya tak berubah. Dan satu lagi, aku tak percaya siapa pun disini. Bukan karena tak ada yang bisa ku percaya. Tapi, tak ada yang membuatku percaya. Semua mementingkan diri dan persepsinya sendiri. Semua ingin segala sesuatu berjalan sesuai dengan dunianya. Tak terkecuali aku tentunya.
Namun, itulah yang membuatku harus pergi.  Aku harus kembali ke duniaku. Karena aku sungguh tak bisa menahan semua perih ini sendiri lagi. Tak bisa, ketika ... ah, sudahlah luka itu terlalu dalam untuk dibuka lagi. Jahitannya saja masih belum sembuh. Masih banyak inflamasi disana. Dan jangan diberi alkohol. Hanya akan menambah perih ini.
Aku rindu... rindu tawa ikhlas, rindu tawa bahagia, rindu tangisan haru, rindu senda gurau tulus, rindu kemarahan yang menyadarkanku dari mu kawan.. kawan yang entah dimana aku akan bertemu dengannya.
Bukan, cacian dan hinaan yang aku terima dibelakangku namun senyum manis terpancar didepanku. Bukan itu yang aku mau. Aku mau kawan yang sebenarnya. Yang apapun dalam hatinya itu yang terlihat di raut mukanya. Yang memarahiku tapi bukan dibelakangku. Sudaaaahhh... tak ada yang seperti itu disini. Semua berpura-pura. senyum bahagia tapi busuk dihati.
Selama itu, aku juga belajar banyak hal. Bahkan hingga kini aku kembali tersadar siapa sebenarnya aku. Aku yang selalu bermimpi. Yang punya segudang mimpi. Bahkan mimpi-mimpi itu selalu datang dalam mimpiku. Mama dan papa tau apa mimpiku terbesar. Tapi, selama disini. Mengapa aku kehilangan diriku itu? Semua yang kutemui sepertinya realistis. Hingga aku pun hampir menjadi salah satu dari mereka. Namun, hari ini aku tersadar kembali siapa diriku.
Teruslah bermimpi, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu. Kata-kata itu selalu memberiku inspirasi. Aku lupa siapa yang mengatakannya. Tapi, benar. Akulah sang pemimpi. Dan aku akan hidup untuk mimpiku itu. Analogiku selalu sama. Kini aku ada dilorong gelap, sekelilingku ada apa saja aku tak pernah tau. Jalanan berbatu, becek, dan berdebu akan aku hadapi. Hanya untuk satu tujuan di ujung jalan perjuangan ini. Yaitu cahaya mimpi yang selalu memberiku kekuatan untuk terus berjalan. Walaupun, kerikil-kerikil telah menusuk telapak kakiku. Lobang telah menjatuhkanku. Kelelahan telah banyak terlontar dari bibirku. Dan tangisan ingin berhenti sering mengiringi jalanku. Namun, cahaya itu menungguku dan akan terus menungguku.
Kalau bukan aku yang menhampirinya tentu cahaya itu akan sirna dan bisa-bisa saja pergi meninggalkanku. Aku tak mau. Tak mau!
Kini, aku harus menjadi diriku sendiri. Menjadi diriku yang selalu bermimpi. Bermimpi akan membawamu pada puncak tertinggi. Karena apa? Karena jika kau bermimpi, maka kau akan mendapatkan langit. Bukankah gantunglah mimpimu setinggi langit. Dan langit itu tak berbatas. Di atas langit masih ada langit.
Sedangkan, jika kau hanya mematok harga terendah, hanya itu yang kau dapatkan. Namun, kepuasan dan kebanggaan masih jauh dari dirimu.
Nah, sekarang ayolah lusy.. bangkit kembali, walau sendiri tapi pasti bisa. Ditengah perjalanan itu mungkin kau akan menemukan seorang kawan yang akan mampu mengerti dirimu dan selalu mendukungmu. Namun, tentu saja kau harus bisa menjadi yang seperti itu.
Semangat menggapai mimpi.
Tak ada kata berhenti sampai kau berhasil menggapai cahaya kemenangan.
Bersabarlah dan berusahalah.
Mama dan papa selalu mendukung apapun yang lusy lakukan. Ingat tangisan kala itu. Mama dan papa selalu menyayangi lusy. Biarkan rasa sakit itu terbang dan membusuk entah dimana. Kini, sambutlah hari baru dengan semangat baru dan mimipi-mimpi itu, masih menunggu tuannya.
Kawan... kau akan kutunggu dalam perjalanan ini. Mari meraih mimpi bersama. ^^

Selalu bersemangat!
18.44





0 komentar:

Post a Comment